Senin, 30 Agustus 2010

Look Forward

Kadang, orang - orang lupa akan adanya kebahagiaan. Kadang, mereka keliru tentang adanya kebahagiaan. Aku pun tak tahu, apa sebenarnya kebahagiaan bagiku. Aku masih sering bertanya, apa sebenarnya kebahagiaan itu. Kadang otak ini berpikir, apakah kebahagiaan itu ada? Tapi kembali teringat kalau kebahagiaan itu ada karena ada kesukaran.

Sampai suatu saat, ku temukan lagi, suatu pecahan dari mozaik kehidupanku yang hilang. Entah sejak kapan aku menganggapnya begitu. Kuperhatikan setiap geraknya. Ku semakin yakin. Kudengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Ku semakin tahu. Semakin ku meyakini itu semua, semakin aku percaya kalau itulah CINTA. Suatu rasa yang jarang sekali muncul dari hati kecilku. Aku tak kuasa tuk menahan rasa itu. Ku akui, semakin jauh rasa itu kutolak, semakin dekat rasa itu mencekik urat nadiku. Tak pernah aku takkabur tentang rasa itu, sedikitpun tak pernah. Aku hanya merasa lebih manusiawi. Letup - letup asmara itu kini tak akan bisa terbenedung lagi. Reaksi berantai tak akan bisa terelakkan. Tuhan, Engkaulah tempat kuberlindung dimana ku sudah diujung batas kemanusiaanku. Aku tak tahu harus berbuat apa. Fase ini ku namakan, BINGUNG. Sejak awal aku berniat tuk mengatakannya. Tapi aku terlalu takut tuk mendengar jawaban yang nanti keluar dari mulut nya. Dia -yang ku kagumi-. Namun lagi - lagi entah dari mana itu, dia menerimaku. Menerima sayangku. Menerima yang kusebut itu cinta. Ah! Rasanya indah nian. Tak terperi. Saat ini yang ku pikirkan adalah dia. Tidurku. Mimpiku. Saat ku terbangun. Yang kurasakan adalah dia. Tingkahku mulai tak karuan. Nyengir - nyengir sendiri. Ngelamun. Ngaca. Butuh tiga hari untuk ku menyesuaikan diri dengan tingkahku. Fase ini ku sebut MABUK CINTA. Aku mulai menjaga perasaan itu. Jangan kan hilang. Terkikis pun aku tak mau. Lieve.